Langsung ke konten utama

No "Storm" Cant Last Forever


Belakangan ini, menjadi “waras” merupakan suatu keharusan. Semenjak wabah menyerang negeri ini segala hal mendadak berubah. Berbagai aspek menyesuaikan diri mengikuti himbauan organisasi kesehatan agar dapat memutus penyebaran rantai virus secara bersama-sama #dirumahaja.

Segala aktivitas dibatasi dengan tujuan untuk meminimalisir kontak fisik antar sesama manusia. Dari social distancing sampai physical distancing diberlakukan semata-mata sebagai upacaya pencegahan penyebaran virus yang semakin masiv.

Pada saat ini, bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Semua elemen bangsa diharap turut serta memerangi wabah ini dengan partisipasinya masing-masing.

Setiap orang diminta untuk tetap berada di rumahnya masing-masing, meminimalisir aktivitas di luar rumah. Kalo gak perlu-perlu banget jangan ke luar rumah. Ya jangan karena udah ngiler banget pengen jajan kopi sambil nikmatin wifi jadi alesan buat keluar rumah. Big no no! Yang dimaksud kondisi urgent untuk ke luar rumah adalah untuk membeli kebutuhan logistik kamu, bekerja yang tidak bisa dikerjakan #dirumahaja. Paham sampe sini kan?

Bagiku, hal ini harus disyukuri.

Meskipun dalam kondisi prihatin seperti saat ini tetap saja harus banyak hal yang disyukuri. Semenjak ada himbauan untuk physical distancing, kita jadi punya banyak sekali waktu untuk diri sendiri. Sampai sampai bosan ya karena kebanyakan waktu senggang. Hayo siapa disini yang sering ngeluh kalo besok hari Senin? Yups..termasuk aku sih. Wajar dong, habis gelap terbitlah terang? Habis weekend an kembali lah ke weekday. Siklusnya memang begitu tapi tetep aja ngeluh. 

Selama self quarantine ini, aku merasa menjadi pribadi yang lebih mensyukuri karunia. Ternyata ketemu dan bersosialisasi dengan orang lain itu nikmat sekali ya. Bisa menjadi media untuk menjaga kewarasan kita. Dulu jarang banget menyadari hal ini. Alangkah nikmatnya bisa bebas bepergian ke tempat manapun kita ingini tanpa worry enggak pakai masker dan menenteng nenteng hand sanitizer. Dewasa ini, melihat orang demam, batuk dan bersin-bersin jadi paranoid. Padahal mungkin sakit influenza biasa. Tapi karena adanya wabah Covid-19 ini menjadikan kita was-was dan curiga kepada sesama akan kondisi kesehatannya. Dulu saat sebelum negara api menyerang, orang pilek dan batuk aja masih berani beraktivitas ke luar rumah tanpa mengenakan masker bahkan horornya lagi dengan entengnya sharing makan dan minumannya dengan alat makan yang sama. Memang kebiasaan-kebiasaan “jorok” ini erat kaitannya dengan budaya dan tabiat masyarakat kita yang pemberi dan senang berbagi. Tapi nggak bagi-bagi virus juga keleus..

Semua orang berusaha untuk melindungi diri dan orang-orang terkasihnya agar terhindar dari virus jahat ini. Dari penerapan PHBS yang tiba-tiba sampai borong-borong essential kesehatan dan kebersihan. Alhasil harga barang-barang tersebut menjadi naik karena permintaan pasar yang tinggi. Mirisnya lagi walaupun harga melambung ya tetep dibeli dengan dalih karena butuh. Logis nggak sih harga hand sanitizer lebih tinggi dari se liter beras? Harga masker medis se box yang dulu sebelum pandemi ini se harga 25rb – 50rb karena kondisi ini jadi seharga setengah gram emas. Gila!

Tapi bersyukur sekali aku tidak termasuk orang-orang yang kepepet beli barang-barang tersebut karena memang jauh sebelum Covid ini menyerang, aku sudah rutin stok di rumah jadi merasa tidak terbebani dengan kenaikan harga masker dan hand sanitizer. Bagiku kalau masih di sekitar masih tersedia fasilitas cuci tangan yang memadai ya manfaatkan, pake hand sanitizer kalo kepepet banget keluar rumah dan jauh dari fasilitas cuci tangan yang memadai. Tapi aku perhatikan hampir seluruh tempat umum bahkan rumah-rumah warga sudah menyediakan fasilitas tersebut sekarang ini. Jadi nggak ada alasan maksa buat ngeles lagi ya buat borong-borong hand sanitizer.

Karena bagi kita yang punya privilege untuk work from home, study from home atau beraktivitas #tetapdirumahsaja pasti nggak perlu-perlu banget lah harus borong-borong hand sanitizer dan masker medis apalagi APD medis. Kita cukup jaga jarak fisik, pakai masker kain dan rajin cuci tangan pakai sabun. Kalau ada kondisi urgent mengharuskan kita keluar rumah tetap patuhi protokol kesehatan yang tadi sudah aku sebutkan dan hindari kontak dengan orang rumah sesampainya di rumah lalu segerakan mandi. Sudah cukup bukan cara-cara tersebut dijalankan karena memang sesuai himbauan dari WHO dan Pemerintah?

Tidak kalah penting loh menjaga kesehatan mental kita. Tips dari aku adalah, manfaatkan waktu sebijak mungkin meskipun kamu #dirumahaja. Luangkan waktu disela-sela WFH, SFH km untuk berolahraga ringan di rumah misalnya jalan kaki muterin rumah, workout dengan panduan video dari Youtube, beberes rumah juga olahraga loh, yoga dan meditasi. Kurangi screen time kamu agar tidak terlalu banyak mengonsumsi berita-berita yang malah bikin makin panik atau hanya scroll nggak jelas buang quota internet atau yang paling engga banget scroll sosmed mantan..hehe jangan ya.

Aku mau cerita, bahwa selama pandemi ini membuat aku ingin mencoba hal-hal baru yang sebelumnya ingin aku lakukan tapi belum sempat aku kerjakan yaitu berkebun. Saking semangatnya langsung belajar online mengenai cara menanam sayuran. Pesen benih online dan mulai deh berkebun sederhana memanfaatkan media tanam yang ada di rumah.

Satu lagi hal yang aku kerjakan adalah mengompos. Dari dulu pengen banget ngompos sampah-sampah domestik tapi kalah sama rasa magernya. Nah momentum #dirumahaja aku jadiin awal buat mengkompos. Hasilnya aku pakai untuk pupuk organik tanaman sayurku. Dengan berkebun bisa mengurangi distraksiku akan pikiran-pikiran kurang baik.

Semoga teman-teman semua juga bisa memanfaatkan waktu selama #dirumahaja dengan se baik mungkin dan tentunya berfaedah ya.

Yuk sama-sama berkontribusi untuk melawan virus ini dengan mematuhi himbauan Pemerintah dan melakukan protokol kesehatan supaya wabah ini cepat berakhir di negara kita tercinta. Udah kangen dong ketemu temen dan sodara bisa pelukan dan cipika cipiki, atau udah pengen kan nongkrong-nongkrong cantik di mall dan warung kopi?

Yuk yuk..

 

 Love,

AS


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Product - Beauty 1001 (002) Selsun Gold Dandruff Shampoo Ketombe Dengan Conditioner

Halo teman-teman semua, Kembali aku mau menulis jurnal tentang apa saja yang aku alami dan rasakan. Kali ini aku mau coba berbagi pengalaman soal produk perawatan rambut. Bagi wanita rambut merupakan mahkota, baik yang pakai hijab maupun tidak. Rambut buatku sangat krusial ya perannya karena kalau kondisi rambut sedang tidak baik ( bad hair day ) akan mempengaruhi mood ku seharian. Untuk mendapatkan rambut yang sesuai harapanku, aku selalu pakai hair care yang sesuai dengan kondisi rambutku. Tapi, dulu aku orangnya slebor banget alias gak peduli sama perawatan diri jadi ga aneh-aneh asal wangi dan nggak sulit dicari di mini market deket rumah.  Untuk shampo aku sih gak terlalu pilih-pilih merk ya, asal wangi aja dan gak mikirin kandungan apa yang ada di dalamnya. Pakai conditioner juga jarang-jarang karena malas apalagi kalo keramas malam hari    (karena pulang ngantor biasanya selepas maghrib)  udah bawaannya pengen buru-buru kelar aja.  Kebetulan ...
Selamat malam, Ini tulisan pertama saya di blog pribadi yang sudah lama saya buat tapi belum pernah saya gunakan sama sekali. Setelah sibuk bekerja dan kuliah, minat saya akan menulis menjadi sangat berkurang. Yang paling mengerikan adalah minat baca saya juga sangat menurun ketimbang pribadi saya  beberapa tahun lalu (masa-masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas). Hari-hari saya sekarang dipenuhi dengan deadline dan deadline. Ya. Deadline. Entah itu Deadline kerjaan atau deadline tugas kuliah. Fiuh ! Sungguh, ini hanya cerita klasik mahasiswa yang sambil bekerja. Ups, saya koreksi...pekerja yang menjadi mahasiswa. Saya harus pandai-pandai membagi waktu yang terasa sangat singkat dirasa untuk menyelasaikan tugas-tugas kantor dan kuliah saya. Dari 24 jam yang saya punya setiap harinya, saya menggunakan 6 jam saja waktu malam sampai pagi untuk meretaskan segala peluh saya dan kelusuhan saya di kasur yang tak begitu empuk. 8 jam saya habiskan untuk bekerja p...

Ber media (secara) sosial

Aku yakin 90 persen dari temen-temen yang membaca blog ini pasti punya akun di setiap media sosial. Ada facebook, Twitter, Whatsapp, Line, Path sampe media sosial yang lagi hits banget Instagram. Aku pribadi juga mempunyai beberapa akun media sosial antara lain whatsapp sbg satu satunya aplikasi chatting yg aku miliki, lalu kedua adalah instagram yang aku buat pada tahun 2015. Pasti temen-temen bertanya. loh kok facebook tidak aku sebut? Padahal itu adl sosial media sejuta umat. Fine, aku jelasin dsini bahwa aku sudah tidak aktif menggunakan akun facebookku lagi terhitung sekitar tahun 2017. Alasannya kenapa? nanti aku bahas di bawah..hehe Cerita mengenai pengalamanku bersosial media dimulai de ngan membuat akun facebook pada saat duduk dibangku SMA. Saat pertama kali mendengar facebook dari teman-teman di kelas memang awalnya agak "aneh". Maklum aku dulu belum "melek" teknologi alias gaptek. Sangat beralasan sekali remaja pada masa itu (th 2007) masih cupu, tida...