Langsung ke konten utama

Mulai Menulis (Lagi)

Hi, teman-teman semua,

Sudah lama sekali tidak menulis blog. Jurnal ini sebenarnya sudah lama draftnya aku buat tapi mandeg terus dan ga selesai-selesai, pada akhirnya tersalip jurnal lain yang sudah publish duluan. Cerita yang ingin aku tuangkan disni sama seperti judulnya, bagaimana aku mulai menulis kembali. 

Sebenarnya menulis adalah salah satu kegiatan yang aku sukai dari kecil, dari SD saat pertama kali mengenal film yaitu AADC "Ada Apa Dengan Cinta". Dari situ interest banget sama tokoh Cinta yang ambisius dan berjiwa seni. Keren aja dulu melihat seorang cewe masih sekolah tapi berani bicara, lugas dan pinter. Nah dari situ mulai lah gambar komik, nulis cerpen, dan bikin buku per "gank" an ala anak SD. Dan gak disangka-sangka temen-temen yang ada di circle ku itu sikap dan sifatnya juga agak agak mirip dengan geng Cinta. Bedanya kalo geng Cinta anggotanya ada 5 orang, kalo geng ku anggotanya cuma 3 orang (maklum aku dulu temennya sedikit :(  ). Okay akan aku sebutin satu-satu nama-namanya.

Pertama, aku sendiri.
Disini aku mengambil peranan sebagai pencetus ide pembuatan geng sekaligus leader buat temen-temen

Kedua, Ai Widayanti
Ai disni karakternya mirip-mirip dengan tokoh Milly. Dia lucu, tiba-tiba bisa bikin suasana garing tapi bikin kita semua ketawa. Ai ini temen yang paling support aku untuk bentuk geng ini. Dan yang paling aku ingat tentang Ai adalah ketawanya. Semudah itu dia ketawa sendiri...ups

Ketiga, Dyah Ayu
Nama panggilannya Ayu, dia sangat pendiam. Jarang sekali bicara. Karakternya mirip sekali dengan tokoh Alya yg pembawaannya tenang, kalem dan seperti banyak memendam perasaan. Aku rasa Ayu ini kurang percaya diri dengan fisiknya yang memang lebih tinggi dari teman-teman, jadi dia merasa takut di bully oleh temen-temen di sekolah. Jaman aku sekolah, yang namanya bullying memang masih dianggap biasa, punya fisik berbeda dari yang lain saja bisa jadi bahan ceng-cengan temen, atau yang paling hits kala itu adalah saling ejek nama orang tua yang diketahui dari hasil mengintip biodata diri di rapot. Huft, dasar anak SD ya. Itu asumsiku saja sih. Sorry ya yu kalo kamu baca ini dan prediksiku salah.

Cukup perkenalannya, lalu dari terbentuknya geng itu aku mulai buat buku diary untuk kami bertiga. Isinya juga kurang lebih sama seperti milik geng Cinta yang merangkum soal kegiatan apa saja yang dilakukan masing-masing dari kita yang ingin di share ke anggota geng lain.
Misalnya, 

"Kamis, 2 Februari 2002
Darsih (nama panggilanku waktu SD) terpilih menjadi salah satu tim senam SKJ untuk mewakili Porseni bulan depan"
atau sekedar nulis hal yang gak penting seperti :

"Senin, 6 Februari 2002
Ai kesel banget sama Herman karena dia ngatain aku bau terasi di depan teman-teman sekelas, pokoknya jangan deket-deket sama dia lagi..Arggg"

Malu juga sih kalo diceritain. tapi dari situ lah titik awal aku mulai berani menulis. Bagiku menulis adalah proses belajarku menjadi pribadi yang menghargai moment, sekecil apapun itu momentnya. Karena dengan menulis aku bisa menagkap dan merekap moment-moment dalam setiap detik perjalanan hidupku dan orang lain. 

Hingga akhirnya, kita bertiga sudah tidak aktif menulis buku harian bersama karena aku lebih fokus pada prestasi akademikku di sekolah, seperti persiapan untuk lomba cerdas cermat atau mewakili sekolah untuk lomba macopat, senam SKJ dan berkegiatan pramuka.

Haha. Kalo diinget-inget jijik juga ya sekelas anak SD udah ganjen begitu. 
Bukan geng yang gimana-gimana sih, sebenernya lebih ingin ngejiplak cara bersosialnya tokok Cinta dan gengnya itu. Kalian semua pasti tau lah gimana Cinta men treat temen-temennya. Nah aku itu dulu berimajinasi bisa jadi seperti tokoh Cinta (in real live). Jangan dicontoh ya kalo ini.


Sayangnya, dokumentasi buku harian itu sudah tidak dapat aku temukan lagi keberadaannya. Karena ya sudah pasti di jual ke tukang loak oleh ibuku.

Dari masa-masa Sekolah Dasar, lanjut ke bangku SMP

Chapter 2
Saat duduk di bangku SMP, keinginanku untuk menulis semakin tinggi. Dengan segala keterbatasan, saat itu sekitar tahun 2004, belum punya PC sendiri, warnet belum banyak buka, lab komputer di sekolah pun sangat steril (karena hanya dapat digunakan saat mata pelajaran TIK - Teknologi Informasi dan Komputer) saja berlangsung, jadi aku mulai menuangkan ide dan perasaanku dalam sebuah kertas. Aku inget banget, saat itu medianya adalah buku tulis isi 120 lembar merk Sinar Dunia.
Aku pergunakan buku tulis itu sebagai media menulisku dengan tambahan tinta seribuan.
Mau pamer sedikit karya abal-abalku saat SMP ya..dan lagi-lagi beberapa fisiknya sudah tidak bisa aku perlihatkan lagi ke kalian semua karena ada di kediaman orang tuaku di Cilacap dan sisanya mungkin sudah ada di abang-abang loak.
  • Malaikat
  • Janji
  • Sulit
  • Dan ada satu judul lagi tapi aku blank banget judulnya

Chapter 3
Saat duduk di bangku SMK. Di sana aku belajar Akuntansi selama 3 tahun. Jurusan yang sebenarnya kurang aku minati tapi karena berhubung jurusan itu reputasinya paling baik di sekolah kala itu ya aku ambil. Oh iya awal mulanya menulis kembali karena rasa-rasanya fokus sekolah saja membosankan, hanya pulang dan pergi sekolah bersama teman-teman perempuan (karena satu kelas perempuan semua), kerja kelompok juga jarang, dan buat laporan keuangan, dari jurnal, posting buku besar sampe closing juga secara manual...hoam (anak Akuntansi pasti ngerti deh). Rutinitas itu lama-lama akan mebuat wajahku akan terlihat lebih tua dari usia ku saat itu. Hehehe . 
Karena terdesak perasaan bosan seperti itu, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba menggiatkan kembali mading sekolah yang sepertinya sudah lama tidak aktif. Kupandangi papan mading kusam nan kotor di pojok tembok antara kelas jurusan Pariwisata dan kelas Akuntansi untuk senior. Kondisinya saat itu tidak menarik perhatian siswa sama sekali karena hanya dipasang brosur jadul dan entah dari kapan tau dipasangnya. 
Setelah aku pikir-pikir rasanya tidak mungkin seorang bocah cupu yang kurang populer di sekolah bisa membangkitkan gaung mading yang sudah lama mati suri. Ah aku mimpi ketinggian! Tapi rasanya menggebu gebu sekali ingin mencoba.
Aku coba putar otak, cari cara supaya bisa mulai ini projek. 
Pertamayang aku pikirin adalah gimana caranya menemukan teman (siswa lain) yang mempunyai ketertarikan terhadap dunia tulis menulis dan korespondensi.
Haduh, boro-boro punya temen ya satu frekuensi begitu...temen aja nge pas banget. Terbatas hanya kenal se kelas doang..haha. Oke, jangan menyerah !
Kedua, coba cari koneksi yang bisa sounding niat baik ini kepada kepala sekolah dan guru-guru. Karena jujur deh, aku itu orangnya pemalu banget dulu. Ngomong sama guru aja malu malu. 
Ketiga, bingung juga ya coba berkreasi di atas kertas begitu gak ada modal, alat dan sumbernya, maksudnya adalah yang namanya menampilkan mading begitu kan butuh alat tulis, kertas-kertas, dan butuh juga referensi untuk mencari bahan/ materi misal dari internet. Jaman dahulu sekitar tahun 2007-2010 internet itu masih susah di aksesnya, ada lab komputer sih tapi lagi-lagi tetap ada kendala saat itu. Lab komputer keseringan dikuasai oleh siswa-siswi dari jurusan Multimedia dan Teknik Komputer Jaringan selain itu akses internet juga ngadat tidak se ngacir sekarang. Alamak,,anak Akuntansi ini bisanya nenteng buku arisan (buku membuat laporan keuangan secara manual) kemana-mana. HAhaa. Sedih aku tuh.

Hingga pada suatu ketika aku melihat segerombolan kakak kelas ku dari kelas Akuntansi senior yang sedang berjalan bersama-sama ke kantin. Ada sekitar 6 orang saat itu. Aku pandangi wajah mereka dalam-dalam, satu demi satu. Aku ingat-ingat, siapakah nama-nama mereka, kucoba ingat memori saat ikut ekstra kulikuler pramuka setiap hari jumat. Ya, mereka tadi adalah kakak pembina ekskul Pramuka. Ahaa..aku ingat nama salah satu dari mereka, dan aku tahu juga beberapa dari mereka mempunyai kedekatan dengan kepala sekolahku yang baru.

Munculah ide tak terduga, kupikir jika aku bisa kenal dengan salah satu seniorku itu akan mempermudah komunikasiku tentang ijin pendirian mading dengan kepala sekolah dan guru-guru karena mereka termasuk siswa yang dekat dengan kepsek dan guru. 
Inginku berkenalan dengan mereka namun apa daya mental anak pemalu ini tak sampai kesana. 

Beberapa teman di kelas sering aku ajak curhat terkait keinginanku ini mendirikan mading di sekolah, termasuk ke si Lele (bukan nama sebenarnya) termasuk soal keinginanku menggaet kakak kelas untuk join pada projekku kali ini. Usut punya usut ternyata Lele ini berkawan dekat atau bersaudara lah (aku kurang paham hubungan mereka) dengan mba Lia (kakak seniorku). Akhirnya, Lele mengajakku berkenalan dengan mba Lia dan kakak senior lainnya. Seneng banget dong rasanya. Setelah banyak ngorbrol dengan mba Lia soal visi misi mading sekolah, gayung bersambut dan mba Lia mau join di projek ini. Nambah seneng lagi ketika temannya mau gabung juga, namanya mba Monika kita biasa panggil mba Monik.

Selain aku, mba Lia dan mba Moniq, ada juga Chusnul dan Jani. Mereka ada teman seangkatan hanya saja beda jurusan denganku. Makin solid tim mading impianku...
Cerita mading sekolah dimulai, dari sounding ke Kepala Sekolah, guru sangat mudah berkat seniorku, serta kesana kemari mencari modal alat tulis untuk mading di TU sekolah. Semuanya sukarela, atas dasar modal sendiri dari tiap anggota. 
Singkat cerita, respon siswa soal mading kurang mendapat antusias dari siswa. Entah karena isi konten mading yang tidak menarik atau memang minat baca siswa yang rendah pada saat itu. Tapi senengnya, masih ada beberapa siswa support, terutama teman-teman sekelasku. Aku ingat betul betapa mereka mendukung dan menyemangatiku dalam projek ini meskipun masih banyak kekurangan sana sini.

Pada saat itu aku berpikir, gak bisa nih mading gini-gini aja. Maksudnya harus ada prestasi yang dihasilkan supaya mading ini bisa dilirik siswa di sekolah. Tapi pada jaman itu sepertinya kontes, perlombaan majalah dinding hampir tidak ada. Maklum lah sudah masuk era digital yang semua bergeser ke teknologi. Baca zodiak udah gak usah beli majalah remaja lagi, bisa tinggal klik di google.
Tapi aku yakin mading tetap ada peminatnya meskipun segmented ya. Gak papa. Maju terus.
Hingga pada suatu ketika aku dapat info dari penggerak ekstra kulikuler Pramuka bahwa bulan Agustus akan diadakan event perkumpulan (kwartir ranting) se Kecamatan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Di dalam event tersebut diadakan lomba mading juga.
Wah gayung bersambut nih. Aku dan tim coba ikuti lomba mading ini dan gak disangka bisa dapat peringkat ke-3. Agak kecewa dengan hasilnya sih tp it's okay. That's a good beginning. Buatku, juara berapa gak sebegitu penting lagi, yang terpenting siswa di sekolah bisa nengok sebentar ke mading kami. Karena pada saat upacara bendera setiap ada siswa yang berprestasi akan di umumkan pada moment tersebut, otomatis semua siswa notice dong. Yass, berhasil!

Dimulai dari situ, mading yang kami kerjakan ada yang menghargai.
Dan sampai pada suatu titik kami tidak dapat meneruskan kembali mading karena mba Lia, mba monika sudah lulus, dan aku sudah masuk kelas akhir yang sibuk dengan persiapan Ujian Akhir Nasional.

Kecintaanku pada pena juga gak berhenti sampai disitu. Aku tetap aktif nulis jurnal atau dulu kita biasa menyebutnya diary ya agar gak berhenti minat nulisku. Kalo diingat-ingat ada 3 kompetisi menulis yang telah aku ikuti diantaranya, 

  1. Lomba menulis se kab cilacap dalam rangka memperingati hari bahari dan bersyukur sekali bisa menyabet juara ke-2. Gak menyangka, niatnya iseng-iseng bisa dapat juara. Ingat betul, karya tulis itu aku beri judul : Paradigma baru pariwisata bahari di kota Cilacap. Ngerjainnya sambil nonton live pertandingan sepak bola piala AFF tahun 2009. Dari situ aku mulai semangat lagi buat nulis. 
  2. Selain itu, lomba menulis hari jadi koperasi juga pernah aku jajal. Judulnya aku lupa.
  3. Lomba menulis karya tulis ilmiah di kantorku yang dulu, aku juga lupa judulnya apa dan menyabet juara harapan 2. 

Sekian dulu narsisnya..hehe

Chapter 4 
Kalau dipikir-pikir, menulis membuat aku lebih bisa menata emosi. Karena ketika menulis, apalagi menulis jurnal pribadi sehari hari, aku bisa release emosi dan segala gundah gulana akan segala hal yang gak bisa semuanya aku sharing ke orang lain. Nggak semua pendapat atau pandanganku akan segala sesuatu hal bisa sama dengan orang lain. Lebih sering tidak cocok, makanya kadang tidak aku sampaikan daripada mereka bosan mendengarkan. Aku lebih nyaman untuk mengutarakan cara pikir dan pandangku terhadap beberapa hal melalui tulisan daripada aku share sm orang lain dalam bentuk obrolan (meskipun ujung-ujungnya juga aku share di medsos atau blog dan dibaca orang juga). Karena aku rasa, beberapa cara pandangku agak bertolak belakang dengan mereka. Daripada menimbulkan konflik dan gesekan ya aku telan saja mentah-mentah sendiri.

Kali ini aku sedang ingin rajin menulis (lagi). Yang berbeda saat ini adalah medianya. Sekarang blog pribadiku ini aku jadikan tempat untuk menuangkan segala keresahan-keresahan pikiranku terhadap sesuatu (bisa juga curhat pribadi loh.. LOL).
Tidak berharap ada banyak reader, hanya untuk pengingat digital bahwa aku pernah mempunyai semangat menulis.

Sekian.

Love,

AS



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Product - Beauty 1001 (002) Selsun Gold Dandruff Shampoo Ketombe Dengan Conditioner

Halo teman-teman semua, Kembali aku mau menulis jurnal tentang apa saja yang aku alami dan rasakan. Kali ini aku mau coba berbagi pengalaman soal produk perawatan rambut. Bagi wanita rambut merupakan mahkota, baik yang pakai hijab maupun tidak. Rambut buatku sangat krusial ya perannya karena kalau kondisi rambut sedang tidak baik ( bad hair day ) akan mempengaruhi mood ku seharian. Untuk mendapatkan rambut yang sesuai harapanku, aku selalu pakai hair care yang sesuai dengan kondisi rambutku. Tapi, dulu aku orangnya slebor banget alias gak peduli sama perawatan diri jadi ga aneh-aneh asal wangi dan nggak sulit dicari di mini market deket rumah.  Untuk shampo aku sih gak terlalu pilih-pilih merk ya, asal wangi aja dan gak mikirin kandungan apa yang ada di dalamnya. Pakai conditioner juga jarang-jarang karena malas apalagi kalo keramas malam hari    (karena pulang ngantor biasanya selepas maghrib)  udah bawaannya pengen buru-buru kelar aja.  Kebetulan ...
Selamat malam, Ini tulisan pertama saya di blog pribadi yang sudah lama saya buat tapi belum pernah saya gunakan sama sekali. Setelah sibuk bekerja dan kuliah, minat saya akan menulis menjadi sangat berkurang. Yang paling mengerikan adalah minat baca saya juga sangat menurun ketimbang pribadi saya  beberapa tahun lalu (masa-masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas). Hari-hari saya sekarang dipenuhi dengan deadline dan deadline. Ya. Deadline. Entah itu Deadline kerjaan atau deadline tugas kuliah. Fiuh ! Sungguh, ini hanya cerita klasik mahasiswa yang sambil bekerja. Ups, saya koreksi...pekerja yang menjadi mahasiswa. Saya harus pandai-pandai membagi waktu yang terasa sangat singkat dirasa untuk menyelasaikan tugas-tugas kantor dan kuliah saya. Dari 24 jam yang saya punya setiap harinya, saya menggunakan 6 jam saja waktu malam sampai pagi untuk meretaskan segala peluh saya dan kelusuhan saya di kasur yang tak begitu empuk. 8 jam saya habiskan untuk bekerja p...

Ber media (secara) sosial

Aku yakin 90 persen dari temen-temen yang membaca blog ini pasti punya akun di setiap media sosial. Ada facebook, Twitter, Whatsapp, Line, Path sampe media sosial yang lagi hits banget Instagram. Aku pribadi juga mempunyai beberapa akun media sosial antara lain whatsapp sbg satu satunya aplikasi chatting yg aku miliki, lalu kedua adalah instagram yang aku buat pada tahun 2015. Pasti temen-temen bertanya. loh kok facebook tidak aku sebut? Padahal itu adl sosial media sejuta umat. Fine, aku jelasin dsini bahwa aku sudah tidak aktif menggunakan akun facebookku lagi terhitung sekitar tahun 2017. Alasannya kenapa? nanti aku bahas di bawah..hehe Cerita mengenai pengalamanku bersosial media dimulai de ngan membuat akun facebook pada saat duduk dibangku SMA. Saat pertama kali mendengar facebook dari teman-teman di kelas memang awalnya agak "aneh". Maklum aku dulu belum "melek" teknologi alias gaptek. Sangat beralasan sekali remaja pada masa itu (th 2007) masih cupu, tida...