Langsung ke konten utama

'komen'

Re upload dari Facebook

26 Maret 2015

Dewasa ini saya sedang asik mengamati fenomena tentang batu akik yang begitu booming ditengah masyarakat kita sampai sampai lupa kalau ada hal lain yang menanti untuk d telaah lebih ketimbang batu. Mohon maaf ya bagi yang suka batu.hehehe.just joke.
Kalian masih ingat dengan peristiwa kerusuhan yang terjadi di Indonesia tanggal 13-15 mei 1998?
Semoga saya tidak salah menulis,
Peristiwa yang terjadi dalam tanggal tersebut sering kita sebut 'kerusuhan mei 98' .Kerusuhan terjadi d Daerah Khusus Ibukota namun d beberapa daerah di Indonesia juga melakukan aksi serupa. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti dimana mahasiswa Trisakti ditembak dan d bunuh dalam demonstrasi tanggal 12 Mei 1998.
Banyak kantor kantor dan toko toko d hancurkan dan menjadi sasaran amuk masa terutama toko toko milik warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa.
Dalam peristiwa itu selain terjadi perusakan terhadap infrastruktur,terhitung perempuan keturunan Tionghoa yang mengalami pelecehan seksual.
Karena peristiwa tersebut banyak warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yang pergi meninggalkan Indonesia utk beberapa saat atau pun selamanya demi keselamatan mereka saat itu. Karena dirasa Indonesia bukan negara yang aman lagi bagi mereka para warga keturunan Tionghoa (pada saat itu).
Peristiwa tersebut menorehkan luka dan sejarah luar biasa dalam dunia per politikan negri ini.
Yang saya amati sih bukan peristiwanya tapi aksi yang melatarbelakangi peristiwa kerusuhan itu.
Dimana mahasiswa pada jaman dimana saya baru saja mengenakan rok merah rimpel dan dasi merah darah itu begitu reaktif terhadap setiap keadaan yang menimpa negeri ini baik yang regional maupun sebab muasabnya dari internasional.
Mereka (mahasiswa) kritis terhadap situasi dan kondisi bangsa yang tidak pro terhadap rakyat. Jadi saat saya masih belum bisa mengelap ingus saya sendiri, bayangan akan seorang mahasiswa itu adalah 'superhero' rakyat.
Harga bbm naik langsung turun ke jalan (bukan buat ngantri d pom bensin tengah malam ya),jika quota impor lebih besar ketimbang ekspor,bahkan sampe harga sayur mayur yang naik dan meresahkan rakyat kecil,mereka bergerak,berorasi,mencoba menggelitik para kaum yang ada d singgasana kekuasaan supaya goyah pendirian kakunya.
Lalu,coba bayangkan keadaannya sekarang?
Sepertinya saya sudah jarang sekali melihat dan mendengar ada demonstrasi di depan kantor senayan sana.
Lantas,dimana sosok mahasiswa yang dulu kritis,reaktif terhadap hal hal yang menyangkut harkat rakyat serta peduli terhadap bangsa??
Saya rasa mereka sudah terlalu asik dengan acara acara talkshow televisi yang menghadirkan bintang tamu selebritis kesukaan mereka,berteriak dan tertawa dikomando oleh floor director ...kompak sekali. Miris y kalo saya sering liat yang demikian.
Dengan bangga sebagai penonton talkshow atau lawakan dan ironisnya sebut dan mengenakan jas almamater.
Entahlah,apakah pendapat saya benar atau tidak akan hal ini. Yang jelas saya hanya menyoroti fenomena yang rasa rasanya kok semakin menjamur belakangan ini.
study tour atau study banding yang kurang jelas esensi nya apa.
Wong mahasiswa kok banyak yg nongol d acara acara talkshow komedi d jam jam belajar sebagai "penonton".
Hanya tepuk tangan jika d perintah dan tertawa jika mendapat arahan.
Fakta lain yang saya temui akhir akhir ini adalah dimana mahasiswa jaman sekarang lebih suka main gadget,media sosial,nge twit,instgaram,nge pet ,fesbuk,bahkan gamer sejati sehingga mengalihkan dunia mereka. Secara nggak di sadari bahwa gadget dapat merubah pola hidup ,sikap dan pola pikir.
Gadget pengaruhnya luar biasa buat kita. Bisa sehari nggak makan,mandi dan tidak beraktifitas krn asik dg gadget.
Itu mungkin yang menjadi penentu terbentuknya sikap dan mental generasi muda zaman ini. Generasi yang terdepan dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tapi tidak dibarengi dengan kemajuan moral bangsa yang luhur.
Rasa peduli terhadap setiap peristiwa yang terjadi dengan bangsa ini mulai terkikis perlahan akibat sapu dari kemajuan teknoligi yang 'gila gilaan'.
Manusia zaman ini lebih mementingkan kepentingan individu dan kelompoknya,sudah tidak peka terhadap kepentingan hal layak. Sebab apa yang mereka inginkan hanya rasa save dan terus berada pada zona nyaman.
Tidak ada maksud apapun dalam penulisan tulisan ini. Hanya ingin intermezo saja.
Saya juga bukan manusia yang demikian baik. Hanya ingin terus belajar.
Menjalani baik atau buruk tetap saja d komentari. Karena kita hidup memang untuk dikomentari. Mengundang reaksi orang orang yang reaktif atau cenderung kepo. Ya dimaafkan.
Semoga bisa jadi renungan,bahan dan komentar.


AS

Love,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ber media (secara) sosial

Aku yakin 90 persen dari temen-temen yang membaca blog ini pasti punya akun di setiap media sosial. Ada facebook, Twitter, Whatsapp, Line, Path sampe media sosial yang lagi hits banget Instagram. Aku pribadi juga mempunyai beberapa akun media sosial antara lain whatsapp sbg satu satunya aplikasi chatting yg aku miliki, lalu kedua adalah instagram yang aku buat pada tahun 2015. Pasti temen-temen bertanya. loh kok facebook tidak aku sebut? Padahal itu adl sosial media sejuta umat. Fine, aku jelasin dsini bahwa aku sudah tidak aktif menggunakan akun facebookku lagi terhitung sekitar tahun 2017. Alasannya kenapa? nanti aku bahas di bawah..hehe Cerita mengenai pengalamanku bersosial media dimulai de ngan membuat akun facebook pada saat duduk dibangku SMA. Saat pertama kali mendengar facebook dari teman-teman di kelas memang awalnya agak "aneh". Maklum aku dulu belum "melek" teknologi alias gaptek. Sangat beralasan sekali remaja pada masa itu (th 2007) masih cupu, tida...
Selamat malam, Ini tulisan pertama saya di blog pribadi yang sudah lama saya buat tapi belum pernah saya gunakan sama sekali. Setelah sibuk bekerja dan kuliah, minat saya akan menulis menjadi sangat berkurang. Yang paling mengerikan adalah minat baca saya juga sangat menurun ketimbang pribadi saya  beberapa tahun lalu (masa-masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas). Hari-hari saya sekarang dipenuhi dengan deadline dan deadline. Ya. Deadline. Entah itu Deadline kerjaan atau deadline tugas kuliah. Fiuh ! Sungguh, ini hanya cerita klasik mahasiswa yang sambil bekerja. Ups, saya koreksi...pekerja yang menjadi mahasiswa. Saya harus pandai-pandai membagi waktu yang terasa sangat singkat dirasa untuk menyelasaikan tugas-tugas kantor dan kuliah saya. Dari 24 jam yang saya punya setiap harinya, saya menggunakan 6 jam saja waktu malam sampai pagi untuk meretaskan segala peluh saya dan kelusuhan saya di kasur yang tak begitu empuk. 8 jam saya habiskan untuk bekerja p...