Langsung ke konten utama

Berteman Perlu "Ongkos"

Bukti mempunyai banyak jejaring pertemanan saat ini adalah seberapa banyak pengikut (follower) di media sosial. Follower kini menjadi takaran seberapa banyak dan luas pergaulan seseorang. Tak jarang kalau seseorang dengan pengikut ribuan bahkan ratusan ribu di media sosial dianggap tenar atau istilah kerennya sekarang selebgram. Apalagi jika post foto atau video dibanjiri like dan komen pujian, kayaknya bakal tambah rajin posting konten ya ! terlepas dari apapun tujuan dan maksud posting suatu konten di media sosial pribadi (bukan bisnis). 

Okay, kembali ke topik awal yang akan aku bahas terkait judul tulisanku kali ini "Berteman Perlu Ongkos". Tulisan ini aku buat atas dasar riset pribadi dan keresahan yang terjadi di circle ku akhir-akhir ini. 


Kalian pernah nggak merasa sedang menjalani hubungan pertemanan yang tidak sehat?

maksudnya adalah ketika menjalin hubungan karena keterpaksaan dan ikut-ikutan saja karena tidak enak jika berbeda pendapat diantara yang lain?
Biasanya dari kita, mempunyai rasa gak enakan kalau menolak sesuatu yang disodorkan teman. Macam-macam alasannya, karena takut jadi dijauhi teman, takut gak punya teman atau bahkan sekedar ingin terlihat eksis saja? Padahal kamu sendiri tidak nyaman atau kurang suka dengan hal atau kebiasaan yang circle tsb, tapi karena takut dikucilkan jadi mau nggak mau tetap ikut.

Kita rela mengorbankan kepentingan dan kenyamanan diri sendiri demi mengikuti pergaulan. Ada yang aneh sebenarnya dengan pola yang dibentuk lingkungan pertemanan belakangan ini. Esensi berteman sudah tidak seperti dahulu, seperti persahabatan bagai kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. 

Terasa hambar dan seperti berpura-pura. Ingat tidak sempat booming tren geng selebritis? Ada geng sosialita A, B, C dan banyak lainnya yang dibentuk berdasarkan status sosial seseorang. Pengelompokan pertemanan seperti itu sudah tidak lagi menerapkan seleksi alam berdasarkan kecocokan alamiah semata melainkan pantas atau tidak seseorang masuk dalam keanggotaan geng berdasarkan status sosialnya.




source : Google 


Ketika seseorang tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu bukan berdasarkan keinginan sendiri dan kata hati melainkan karena tuntutan dari lingkup pergaulannya, itu sudah gak sehat sih menurutku. Semua seakan akan dibuat buat terlihat baik dan harmonis, sedangkan di belakang ngedumel. Amit-amit banget ya.


Contohnya gak usah jauh-jauh deh, konsep pertemanan di Indonesia kok ya apa-apa harus keluar uang supaya hubungannya makin asik dan harmonis ya? Kadang nggak sesuai dengan isi kantong tiap personalnya. Budaya 'minta traktir' sangat lekat di sekitar kita.

Jika ulang tahun ditagih untuk traktir makan teman-teman, teman-temannya segambreng. Minimal ngeladenin dengan kasih dua loyang pizza porsi besar atau donat fancy tiga lusin.
Seharusnya kalo ulang tahun malah ditraktir dong sm teman-teman, bukan sebaliknya.
Kita seringkali merasa tidak enak untuk menolak permintaan tersebut apalagi kalo sudah diberondong rame-rame. Skak mat !
Menurutku, cukuplah kita memberikan ucapan selamat ulang tahun yang tulus dari hati dan penuh dengan doa terbaik untuk sahabat yang sedang berulang tahun, bukan malah nodong minta traktir. Ya kalo-kalo yang diminta traktir sedang punya uang untuk traktir, atau mungkin saja gaji bulanan dia pas-pasan saja hanya cukup untuk bayar kos, makan warteg dan transport sehari-hari. Belum lagi alih-alih minta traktir kalo punya pacar baru, naik jabatan, diangkat jadi karyawan permanen, lulus ujian. Apa-apa serba minta jatah traktir. Tetapi ada juga sebagian yang bependapat kalau traktir makan teman dengan alasan yang berbeda beda itu itung-itung syukuran supaya hubungannya dengan pacar baru awet, karirnya makin menanjak, setelah resign dapat pekerjaan baru, jadi memang tidak ada keberatan kalau merogoh kocek agak dalam. Yang kurang pas adalah ketika meminta jatah traktir kepada teman yang kondisinya kurang baik jika dimintai jatah traktir. Misalnya ketika habis kontrak kerja dan resign. Kita gak pernah tau kondisi keuangan dia saat nanti masa transisi dalam mencari pekerjaan baru. Ya kalo bisa cepet dapat pekerjaan baru, ya kalo alasan resign dia ternyata bukan untuk pindah kerja tetapi merawat orang tua, melanjutkan pendidikan atau menikah, bagaimana? Sadar atau tidak, sebagian besar dari kita sering mengalami hal-hal demikian.

Tidak berhenti sampai disitu, tren pertemanan saat ini yang dibaluti ikut-ikutan geng artis itu secara tidak langsung menjadi kiblat untuk pola pertemanan di kota kota besar. Bahkan sudah mulai dicontoh oleh kota-kota kecil juga loh!




Source : Google

Contoh lainnya lagi nih, alih-alih mau jadi bridesmaid atau istilah trendi dari  pagar ayu atau teman-teman pengantin perempuan yang tugas pokoknya jadi pemanis foto pengantin, malah tekor karena harus merogoh kocek karena harus bayar jasa jahit seragam bridesmaid. Belum lagi amplop atau kado untuk pengantin. Kepayahan makin bertambah ketika ada teman yang minta iuran untuk booking tempat fancy atau hotel berbintang jika ada perayaan pesta lajang sebelum salah satu teman menikah, atau istilah kerennya sekarang bachelorette party. Bisa dihitung kan, berapa pengeluaran uang kamu untuk satu teman saja yang akan menikah. 
Biar ada bayangan, aku akan buat kalkulasi sederhana soal ini : 
Ongkos jahit baju bridesmaid : 300 rb
Amplop atau kado pengantin  : seenggak enggaknya lumayan dibedain dari ngamplop ke teman teman biasa kan. Untuk estimasi aku tulis 300rb 
Iuran pesta lajang : 150rb sampai 200rb 
Dikalkulasi menjadi : 300rb + 300rb + 200rb = 800rb

Geleng-geleng kepala ya melihat kalkulasi di atas. Itu baru effort untuk satu teman saja loh. Hitung saja jika teman kamu dalam setahun ada yang menikah sebanyak 5 orang. 




Source : Google


Belum lagi pengeluran yang harus kamu budgetin untuk nongkrong-nongrong cantik dan ganteng di mall atau kafe langganan, buat sekedar beli es kopi, boba milk tea kekinian. 


Sebenarnya hal tsb tidak akan jadi masalah kalau kamu memang kamu mampu, mau dari dalam hati tanpa rasa paksaan teman yg lain atau rasa gak enak sama teman jika nolak. Itu hak kamu. Tapi yang aku soroti disini, ternyata ongkos untuk menjaga pertemanan supaya tetap harmonis dan cute lumayan juga ya.

Teman teman pernah berpikir gak ya kalo kita terkadang melakukan sesuatu diluar batas kemampuan diri atau maksain sesuatu demi menyenangkan orang lain?

Menurut aku, tuntutan circle pertemanan yang seperti ini wajib kita lawan. Kita harus berani berkata tidak jika memang tidak sependapat meskipun dengan teman baik. Kalau teman baik pasti akan mengerti dan memahami perbedaan pendapat. Ya gak harus maksain juga ikutin pergaulan tapi kita tidak nyaman dan malah jadi susah sendiri kan?


Kamu bisa kok tetap menjalin pertemanan dengan harmonis tanpa harus mengorbankan banyak hal dan memaksakan banyak kepentingan kamu sendiri. Teman yang baik pasti akan mengerti diri kamu seutuhnya. Mau mendengarkan dan mengerti jika ada perbedaan pendapat. Teman yang baik tidak akan menuntut banyak hal dari kamu. 


Semoga tulisanku bermanfaat buat teman teman yang baca. Membuka value baru buat kalian semua. Tidak ada maksud negatif apapun. 


Love,



AS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Product - Beauty 1001 (002) Selsun Gold Dandruff Shampoo Ketombe Dengan Conditioner

Halo teman-teman semua, Kembali aku mau menulis jurnal tentang apa saja yang aku alami dan rasakan. Kali ini aku mau coba berbagi pengalaman soal produk perawatan rambut. Bagi wanita rambut merupakan mahkota, baik yang pakai hijab maupun tidak. Rambut buatku sangat krusial ya perannya karena kalau kondisi rambut sedang tidak baik ( bad hair day ) akan mempengaruhi mood ku seharian. Untuk mendapatkan rambut yang sesuai harapanku, aku selalu pakai hair care yang sesuai dengan kondisi rambutku. Tapi, dulu aku orangnya slebor banget alias gak peduli sama perawatan diri jadi ga aneh-aneh asal wangi dan nggak sulit dicari di mini market deket rumah.  Untuk shampo aku sih gak terlalu pilih-pilih merk ya, asal wangi aja dan gak mikirin kandungan apa yang ada di dalamnya. Pakai conditioner juga jarang-jarang karena malas apalagi kalo keramas malam hari    (karena pulang ngantor biasanya selepas maghrib)  udah bawaannya pengen buru-buru kelar aja.  Kebetulan ...
Selamat malam, Ini tulisan pertama saya di blog pribadi yang sudah lama saya buat tapi belum pernah saya gunakan sama sekali. Setelah sibuk bekerja dan kuliah, minat saya akan menulis menjadi sangat berkurang. Yang paling mengerikan adalah minat baca saya juga sangat menurun ketimbang pribadi saya  beberapa tahun lalu (masa-masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas). Hari-hari saya sekarang dipenuhi dengan deadline dan deadline. Ya. Deadline. Entah itu Deadline kerjaan atau deadline tugas kuliah. Fiuh ! Sungguh, ini hanya cerita klasik mahasiswa yang sambil bekerja. Ups, saya koreksi...pekerja yang menjadi mahasiswa. Saya harus pandai-pandai membagi waktu yang terasa sangat singkat dirasa untuk menyelasaikan tugas-tugas kantor dan kuliah saya. Dari 24 jam yang saya punya setiap harinya, saya menggunakan 6 jam saja waktu malam sampai pagi untuk meretaskan segala peluh saya dan kelusuhan saya di kasur yang tak begitu empuk. 8 jam saya habiskan untuk bekerja p...

Ber media (secara) sosial

Aku yakin 90 persen dari temen-temen yang membaca blog ini pasti punya akun di setiap media sosial. Ada facebook, Twitter, Whatsapp, Line, Path sampe media sosial yang lagi hits banget Instagram. Aku pribadi juga mempunyai beberapa akun media sosial antara lain whatsapp sbg satu satunya aplikasi chatting yg aku miliki, lalu kedua adalah instagram yang aku buat pada tahun 2015. Pasti temen-temen bertanya. loh kok facebook tidak aku sebut? Padahal itu adl sosial media sejuta umat. Fine, aku jelasin dsini bahwa aku sudah tidak aktif menggunakan akun facebookku lagi terhitung sekitar tahun 2017. Alasannya kenapa? nanti aku bahas di bawah..hehe Cerita mengenai pengalamanku bersosial media dimulai de ngan membuat akun facebook pada saat duduk dibangku SMA. Saat pertama kali mendengar facebook dari teman-teman di kelas memang awalnya agak "aneh". Maklum aku dulu belum "melek" teknologi alias gaptek. Sangat beralasan sekali remaja pada masa itu (th 2007) masih cupu, tida...