Re upload dari facebook
17 September 2014
sepulang dr kampus sore ini aku mampir ke sebuah lapangan sepak bola yg biasa ku datangi utk lari-lari sore sepulang dr kantor. Letaknya tidak jauh dr rumah tinggalku. Ya sekitar 2km.
Nggak sering kesitu. Baru tiga kali saja. Dikunjungan ketiga ini aku menemukan value baru dsna.
Niatnya hanya ingin cari 'angin' tp nggak hanya sekedar 'angin' yg d dapat dsna.
Selayaknya lapangan bola rakyat,aktifitas dsna adl sepak bola yg d mainkan para remaja sekitar,anak kecil kalangan SD smpe SMP yg sepedaan dan balita2 yg menikmati santap sore mereka tentu saja beserta sang mama.
Yg aku lihat si semua aktifitas warga sekitar tumpah ruah dsna. Hanya sebagian saja.Tidak semuanya.
Melihat keadaan demikian bisa sedikit mengobati rasa kangenku dg rumah. Ini sugestiku saja mungkin. Setidaknya aku bs melihat aktifitas lain selain kegiatanku d tempat kerja dan d komunitas bergaulku. Dsna aku bs melihat keadaan dr sisi lainku sbg seorang pendatang.
Tidak ada yg berbeda dsna .Sama seperti saat aku pertama kali datang kesana. Orang2nya pun itu itu saja. Sudah bs ku hafal.
Yang menarik adl ketika aku memarkirkan kendaraan d pinggiran lapangan,aku mendapati seorang ibu penjajak jajanan anak2 yg dgn ramahnya melayani para pelanggannya itu. Pelanggnlannya lintas usia. Dari anak2 sampe ibu2. Aku terkesan dg si ibu penjual itu. Ku perhatikan sikap dan caranya melayani setiap customernya yg datang silih berganti tak putus. Ku tengok lagi apa yg menjadi komoditi dagangnya sehingga dia begitu sangat d minati oleh anak anak jg ibu ibu.
Gorengan bala-bala bumbu kacang dan es moni andalannya.hehehe.
sangat simple dan sederhana sekali packagingnya. namun anak anak dan ibu ibunya interest sekali dg produk yg d jajakan si pedagang itu.
Hanya gorengan bala-bala (kalo d kampung saya namanya bakwan sayur) yg d potong kecil-kecil dan disiram saus kacang. Yang d hargai 2rb per 3 potong. Ludes itu dagangan dlm sekejap. Begitu juga dg es moni yg d hargai 500 rupiah per batangnya.
Saat ku hampiri ibu itu ternyata beliau seorang perantau jg. Sama seperti ku. Hanya bedanya beliau sudah puluhan tahun d kota ini. Beliau begitu sumringah dg kerudung warna merah jambu lusuh dan setelan baju kusut yg tidak matching. Sorry ya bu.hehe
Tubuhnya terlihat loyo dan lelah. Mulailah aku memulai perbincangan ringan dg beliau. Dimulai dr beliau menawarkan sepotong ubi rebus bekalnya d kantong plastik hitam sampai terus bercerita ttg ia dan keluargnya. Setelah usut punya usut tnyta beliau mulai berdagang dr pagi hingga sore. Kalo pagi jualan d sekolahan dan kalo sore d lapangan itu.
saya terkesan dg kata kata beliau yg satu ini, "bertahun tahun saya hidup dr uang recehan ini" (sambil meluruskan uang pecahan 1000 dan 2000an yg lusuh).
Tak tau seberapa banyak penghasilan beliau. Namun rasanya saya d tepuk pundak dan pipi saat melihat keadaan seperti itu.
Dimana saya tak perlu bangun pagi pagi buta utk berbelanja ke pasar dan menyiapkan barang dagangan kemudian sebelum subuh tiba sudah keluar rumah utk menjajakan dagangan selanjutnya kembali meretas lelah setelah matahari tenggelam. Sungguh tidak demikian.
Lalu teringat satu ayat indah dalam kitab tuntunan ku yang artinya kurang lebih seperti ini, "nikmat mana lg yg mau kau dustakan?"
sepanjang perjalanan pulang kalimat itu slly terngiang d atas kepala.
pelajaran yang bs aku ambil dr obrolanku sore tadi dg si ibu penjajak kaki lima adl kehidupan ini adl usaha. Usaha utk bs bertahan. Apapun itu situasinya,sebagai manusia harus berusaha utk bs bertahan. Kedua,mensyukuri segala apa yg sudah aku rasa dan terima saat ini. Dengan menengok ke bawah kita dpt mengerti makna kesyukuran. Sejenak berhenti menghadap ke langit dan mulailah menapak bumi dg kepala tertunduk agar kita bisa tau seberapa banyak nikmat Sang Pengasih pada diri kita. Sesungguhnya yg d atas itu tdk ada batasannya. Akan sllu menuju ke atas.
Masih banyak sebenarnya yg mau ku bagi dsni tapi rasanya sudah ingin memejamkan mata.
Semoga bisa jd reminder buat kita. Saya khususnya.
Love,
AS
Komentar
Posting Komentar